Rabu, 15 Januari 2020

Terima Kasih, Kau Hebat.

Februari 2019

"Ah gagal lagi"
"Kalo ga beres-beres kapan nih bisa semprop"
"Mana orang lain udah semprop lagi, lah aku? Baru ngusulin aja udah di tolak terus"
"Ca.....pe"- Kurang lebih seperti itu keluh ku di bulan kedua 2019.

Di tahun ini merupakan kesempatan terakhir bagiku untuk menyelesaikan studi sarjana. Sedih rasanya ketika melihat teman-teman seperjuangan sudah lebih dulu berproses bahkan jika mereka adalah ulat mereka telah menjadi kepompong. Sementara aku? masih menjadi ulat yang terus bergerak dan memakan dedaunan. Tinggal menunggu beberapa waktu, mereka akan bertransformasi menjadi kepompong yang indah dan cantik. 

Satu persatu  mereka mulai menjauh, karena adanya kewajiban yang harus diselesaikan secara individu demi membahagiakan keluarga terkhusus orang tua. Tersisa aku dan beberapa yang lainnya, masih saja berkutit di proposal skripsi dan sama sekali belum melalui seminar proposal. Aku terus berusaha mencari-cari bahan penelitian dan objek yang sudah beberapa kali aku ganti karena sempat tertolak. Akhirnya di akhir bulan Februari aku berhasil mendapatkan tulisan "Acc"  di lembar persyaratan untuk semprop berserta tanda tangan dari pembimbing dan TBK jurusan.

Cukup menunggu lama, aku pun bisa melaksanakan seminar proposal. Ini adalah bulan ketiga, terhitung hanya ada 10 orang yang mengikuti semprop, tidak seramai bulan-bulan sebelumnya dan jelas tidak seauntusias dan seramai sebelumnya pula. Ah, aku pasrah saja, sudah berhasil melalui tahap ini saja sudah bersyukur bagiku, setidaknya aku harus mengejar dengan cara berlari sekencang-kencangnya agar bisa lulus tepat waktu dan wisuda di tahun ini. Sesuai dengan doaku, alhamdulillah semprop pun berjalan dengan lancar dan hanya ada beberapa kesalahan yang harus di revisi sebelum aku resmi mendapatkan Surat Keputusan untuk melanjutkan penelitian skripsi.

Tak lupa berterimakasih untuk teman satu kelas yaitu Feby dan Dewi, walaupun dari kelas kita hanya bertiga yang bisa melaksanakan semprop bulan ini tapi tak apa yang penting kita harus berlari untuk berproses menuju tahap selanjutnya.


Minggu terakhir di bulan Maret 2019

Kebahagiaanku semakin bertambah di bulan ini, setelah minggu lalu aku berhasil melalui semprop akhirnya di bulan yang sama pun aku bisa menyelesaikan Sidang Komprehensif yang merupakan syarat kedua sebelum mengikuti Sidang Munaqosah atau Sidang Skripsi



Rabu, 30 Mei 2018

Sweet Talk #2

-Rindu

Malam ini, 30 Mei 2018.
Ijinkan aku merindukanmu, dari balkon kost-kostan kecil pinggir Apotek Al-Masoem.
"Hai", ijinkan aku menyapamu dari jauh. Cukup malam dan terangnya bintang yang jadi saksi rindu-ku.

Picisan. Memang. Sampah. Memang.

Aku kan mengikuti apa katamu, sampah. Dan semoga sampah bisa berguna dan bermanfaat. Hahahaa, kau selalu berkata begitu atas karyamu, Wan. Ikhwan.
Terimakasih telah mengajarkan aku menjadi orang gila, gila untuk berkata-kata dalam laman ini, namun tetap tidak punya nyali untuk membuat topik obrolan bersamamu. Tersenyum tipis, ya hanya itu yang bisa aku lakukan saat aku harus bertemu denganmu di lorong kampus, jalan menuju kostan temanku atau mana lagi ya, aku lupa kita memang jarang berjumpa, Wan. Ikhwan.
Aku selalu ingat caramu membalas senyumku, kalo tidak memasang muka kebingungan, muka jutek,muka misterius ya muka muak, eh tidak maksudku kau juga membalas senyumku tapi dengan sebuah keraguan, aku bisa melihat itu dari ukuran bibirmu yang saling menarik saat kamu tersenyum.

Wan, Ikhwan, doaku malam ini aku bisa terus melihatmu, tapi tidak dengan muka menyebalkanmu itu hahaha, tahun depan mungkin aku udah ga bisa liat kamu lagi di Gedung V atau di Jalan Manisi. Ntah siapa duluan yang akan pergi meninggalkan kampus, tapi kamu tetap Wan,Ikhwan yang akan selalu aku ingat. Lelaki misterius,dingin, penuh tanya namun punya banyak rasa, mungkin.

Wan,Ikhwan terimakasih telah membuatku rindu, tapi maaf juga karena aku merindumu tanpa seizinmu secara langsung.

Selasa, 29 Mei 2018

Sweet Talk #1

Mei,2018


Badai tuan telah berlalu,salahkah ku menuntut mesra..
Tiap pagi menjelang kau disampingku, ku aman berada bersamamu
Selamanya, sampai kita tua sampai jadi debu
Ku diliang yang satu ku disebelahmu - begitu penggalan lagu Sampai Jadi Debu yang dipopulerkan oleh Banda Neira.

Kata Upi, rekannya Ikhwan ini adalah lagu kesukaannya, mungkin juga ada cerita tersendiri baginya yang memberinya inspirasiuntuk diangkat ke cerita pendek dan karya film yang ia buat.
Ikhwan, pria berambut keriting yang baru aku sadari kehadirannya selama 3 tahun di kampus, dia misterius tak banyak berbicara seperti pria-pria diluar sana yang berlomba-lomba merangkai kata untuk mendapatkan sang pujaan hati. Entahlah. Aku tidak mengenalnya begitu dalam  juga. Kau tahu? Ikhwan menurutku manis, selain manis dia seperti buku TTS tahun 90an . Sampai pernah aku mencoba mendekatinya secara kecil-kecilan, diam-diam aku komen di instagramnya, mencari tahu facebooknya bahkan aku juga pernah chat dia lewat line. Singkat,padat,jelas ya begitu, Ikhwan. Beruntungnya aku, dia baik sangat baik, dia mau memberi pinjaman kamera mirrorlessnya untukku saat aku menjadi panitia dibagian dokumentasi hihihi, tapi setelah itu tidak ada yang spesial.HEHEHE. Ikhwan tetaplah Ikhwan , bahkan sering ia tak membalas pesan instagramku yang bertujuan untuk memberi komen update-tannya. HEHEHE. Dingin. Cuek . Ya itulah Ikhwan, di depanku, pernah aku memberanikan diri mengajak dia hi five atau ces  tapi dia menolaknya dan memasang wajah yang menyebalkan, eh tidak bagiku wajahnya yang begitu adalah sebuah ketampanan yang sengaja ia sembunyikan.

Ikhwan, kadang atau sering mungkin menyelipkan sepuntung rokok di sela-sela telinganya , kadang ingin tertawa saat ia lupa menyimpan rokoknya yang ternyata ada pada bagian tubuhnya sendiri.HAHAHA. Ikhwan, yang selalu aku nantikan senyumnya dan tawanya walaupun bukan aku alasan terbesar dia bahagia, dari jauh aku tetap bisa melihat senyuman dan tawanya. Ikhwan , yang terkadang berpapasan denganku dengan memasang raut wajah yang menurutku menyebalkan namun aku rindukan.HAHAHA.

Hari ini aku bertemu Ikhwan, dia memakai baju koko berwarna putih, celana jeans dan tas selempang. Rasanya aku ingin mengajaknya berfoto bersama tapi sayang itu hanya anganku saja, nyatanya aku pun membisu kaku dihadapannya, untuk tersenyum pun  aku ragu karena aku tau raut wajahnya yang selalu ia pasang.

Ikhwan, lelaki yang aku kagumi saat ini, detik ini, menit ini bahkan hmm aku tidak tahu sampai kapan. Ohiya, aku ingat kita ternyata pernah foto bersama, ya saat acara angkatan. Selamat malam Ikhwan, lelaki misterius, yang aku kagumi, serius. 


Senin, 04 Desember 2017

#RandomPoet

Di bawah langit hitam,  aku menengadah-kan kepalaku
Gelap-memang hitam, langit di dua desember 2017
Aku terus menatap dengan dalam, memasukkan jiwaku di alam sana
Tetap gelap, permen kapas itu pun menggulung semakin tebal dan gelap
Aku terlarut dalam hitamnya awan
Tersadar bahwa tak selamanya matahari menerangi
Masih gelap, aku menyimpulkan senyum di bibirku
Bila aku tak merasakan langit yang gelap,
Maka bagaimana bisa aku menikmati langit yang indah dengan pelangi
dan sinar matahari.
Tetes air mata dari langit mulai turun, tak langsung deras.
Sedikit-demi-sedikit, mentes , membasahi makhluk darat.
Aku tersadar, mencium bau khas yang selalu aku rindukan,
dimana tetesan air hujan membasahi tanah,
yang kini aku pijak.



Senin, 20 November 2017

Random Talk #1

Aku nulis ini jam 00:41 tepatnya di  McD Cibiru. Akhir-akhir ini, selama semester 5 ini aku lebih suka menghabiskan waktu malamku sendirian, bahkan sampai shubuh cuma diem di McD. Bukan tanpa alasan, tapi buatku 'that's called ME TIME', dimana kebanyakan orang tidur, sementara aku, duduk dipojokan McD sampai mas-masnya ngeliattin terus. How poor I am.

Bukan berarti aku gak punya temen, tapi jujur disaat aku sedih bahkan marah ga jelas tanpa alasan. Aku lebih nyaman sendiri. Aku bisa cerita ke banyak orang about  what Im feel now, how angry I am or what my problem. Tapi disatu sisi, aku juga mikir. For what? Lingkungan ku udah bukan lingkungan anak SMP/SMA. We are adult., going adult. Disaat umur teman-temanku sudah menginjak 20 tahun bahkan 21, mereka udah punya pemikiran mereka sendiri. Dan disini, here I am, still childish in 19 years old. Sometime, I'm so lucky, dengan umur 19 aku udah jadi mahasiswi loh, semester 5 lagi. Betapa bersyukurnya dan bahagianya aku.

Tapi.......
there's a but in happiness, ada aja yang kadang bikin aku gak bersyukur. Aku selalu berpikiran aku beda, aku ga bisa lakuin apa yang mereka lakuin, aku ga bisa jadi orang lain. Dan jujur aja, aku kadang ga bersyukur sama diri aku sendiri, it's so hard when you always compare your life with other person. Actually, it different. Ya aku, aku dengan diriku apa adanya, apa yang telah Allah ciptakan dan apa yang telah kedua orangtuaku berikan. Stupid, yes, I am stupid. Too much to ask for better life to be other person. Wrong!

Aku selalu bilang sama temen-temenku yang kadang ga PD sama dirinya.. "Ah, elah PD aja kali. Lo bisa kok" dengan entengnya aku ngomong gitu. But for myself, that's so harddddddddd!!! I'm going crazy with this situation, sebenarnya aku juga yang membuat sulit keadaan ini. I don't know. Sekarang, aku bener-bener ngerasa, lemah! payah! bodoh!

Aku ngerasa di semester 5 ini semuanya redup kaya semuanya sulit, tapi sebenernya aku bisa jalanin loh. Plis ini godaan banget, disaat aku harus nyelesain 3 semester lagi buat banggain ke dua orangtua dan dapettin gelar S.Hum (Sarjana Humaniora). Pernah berpikiran buat ngulang semuanya dari 0 tapi semua udah terlanjur basah, aku dengan jurusanku sekarang ya udah harus dijalanin, aku harus jalanin dan penuhi amanat kedua orangtua aku. Mereka udah ngabisin banyak duit untuk nguliahin dan menuhin semua kebutuhan. Aku selalu inget itu. Tapi tetep aja aku lemah.

Kayak pernah ga sih, kalian ngerasa kalian udah nyerah tapi masih bisa bangkit tapi gimana caranya. Ga ada orang yang bikin kalian bangkit dan otomatis you must get your way for yourself. Dann itu butuh proses yang panjang pastinya, dan aku selalu nanya sama diri aku sendiri,

" El, kok lo separah ini sekarang?"
 "Lo mau jadi apa?"
 "Inget, lo harus banggain kedua orang tua lo"
"Lo, ga boleh nyerah kaya gini. Bangkit!"

Tapi ini masih belum berhasil, belum jadi cambukan keras buat aku sendiri. Jujur, aku bahagia di kampus, dikelilingi temen-temen yang emang baik banget super baik, mereka ga mandang aku dari fisik atau apapun lah, tapi ya kadang mereka nyebelin, yaudah sih ga peduli juga HAHAHA. Aku juga nyebelin sih tapi sih wajar manusiawi.

Aku selalu ngerasa, aku sendiri padahal Allah with me, always with me. Orangtua dirumah berjuang mat-matian demi anak-anaknya. Dan aku anak pertama dengan dua adik kecil yang masih sekolah. Aku juga berpikir, gimana adik-adikku nanti walaupun mereka dibiayain sama orangtuaku ya tapi tetep aja  aku harus jadi contoh yang baik buat mereka. Dannnnnnn dengan keadaan aku yang sekarang, mana bisa aku jadi contoh yang baik buat mereka HAHAHA.

Jadi kesimpulan dari tulisan ini adalah kalian jangan sepertiku HAHAHA, mungkin setiap orang juga punya saat disaat mereka lelah dan udah stuck aja. Bingung tapi gatau bingung kenapa, ya bingung tuh banyak.





Sabtu, 18 November 2017

Jatuh Cinta Tidak Sakit



Katamu jatuh cinta itu tidak sakit
Nyatanya lain, jatuh cinta membuatku lumpuh
Menggerakkan jemari kakiku saja sulit
Apalagi untuk melangkahkan tujuan hidupku

Katamu jatuh cinta itu tidak sakit
Sejatinya, kamu berhasil buatku buta
Aku tak bisa lagi melihat matahari terbit
Kecuali senyum wajahmu yang terus menghantuiku

Katamu jatuh cinta itu tidak sakit
Membuatku terkurung dalam jeruji hatimu
Menanggung rindu yang begitu berat
Dan aku sendiri yang harus merasakannya

Katamu jatuh cinta itu tidak sakit
Kali ini kamu salah, aku sudah kena penyakit
Mencintaimu dengan langkahku
Merindumu dengan caraku
Penyakitku sudah stadium empat
Mencintaimu tanpa pernah kau cintaiku.

SONET : "HOPELESS"



Should I cry and hope in the middle night?
Cause everything I do is always wrong
Every track I take make my way never right
I’m the person who sinful along
Run away to make my life more happier
Play Michael Buble song comeback to home
But I lost my mind to make my life better
Look at the clock it’s 7 for breakfast time
Feels like the lamb without the shepherd
Walking together for the direction
Wake up and move away to working hard
But baby, I’m hopeless no motivation
Try to reach my target but I’m failed
Should I hopeless and lost my chance again?


a sonnet for my creative writing task
Cibiru, Bandung, 2017.
Elda Mnemonica Rosadi